Pages

Senin, 16 Mei 2011

Teknologi dan Pendidikan Sedang Mengalami Dikotomi

Apakah E-Pendidikan Adalah Mimpi?
Internet Masuk Sekolah - Mengapa?
Internet adalah "Alat Bantu", bukan "Solusi Pendidikan" (di tingkat Sekolah). Internet (tanpa bahasa Inggris) sebagai sumber informasi yang sangat terbatas. Bahan pelajaran (dalam bahasa Indonesia) juga sangat sedikit. Kelihatannya kurikulum kita juga tidak berbasis-penelitian, jadi untuk apa Internet di sekolah? Internet di sekolah jelas bukan prioritas kan? (Informasi Lanjut)

Pendidikan Yang Bermutu adalah:

Pendidikan Berbasis-Guru yang Mampu dan Sejahtera, di Sekolah yang Bermutu, dengan Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan Siswa-Siswi dan "Well Balanced" (seimbang, dengan banyak macam keterampilan termasuk teknologi), yang Diimplementasikan secara PAKEM (Pembelajaran Kontekstual). ("Mampu" termasuk Kreatif)


Kami di Pendidikan.Network sudah terus mendukung perkembangan teknologi di DepDikNas maupun di sekolah sejak tahun 1998. Tetapi kami juga wajib untuk memonitor perkembangan teknologi dari sisi keuntungan dan kemajuan mutu pendidikan secara rialistik dan holistik, kalau tidak, kita dapat lebih mundur dan hanya menghabiskan banyak dana pendidikan yang sedang kurang. Apakah pembelajaran teknologi di sekolah adalah penting?

Tanggung jawab sekolah yang besar dalam memasuki era globalisasi adalah mempersiapkan siswa-siswi untuk menghadapi tantangan-tantangan yang sangat cepat perubahannya. Salah satu dari tantangan yang dihadapi oleh para siswa adalah menjadi pekerja yang bermutu.

Kemampuan berbicara dalam bahasa asing, kemahiran komputer dan Internet, dan kemampuan menggunakan program-program seperti Microsoft merupakan tiga kriteria utama yang pada umumnya diajukan sebagai syarat untuk memasuki lapangan kerja di Indonesia (dan di seluruh dunia).

Mengingat hanya sekitar 30% dari lulusan SMA di seluruh wilayah Nusantara ini yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi formal, dan dengan adanya komputer yang telah merambah di segala bidang kehidupan manusia, maka dibutuhkan suatu tanggung jawab yang besar terhadap system pendidikan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan kemahiran komputer bagi para siswa kita. Pembelajaran teknologi adalah sangat penting dan semua sekolah adalah wajib untuk mengajar Teknologi Informasi Komunikasi (TIK).


Walapun kita sangat mendukung pembelajaran teknologi, kita juga harus menjaga bahwa "teknologi pembelajaran", yang hanya sebagai beberapa medium untuk menyampaikan pendidikan dan belum tentu meningkatkan mutu pendidikannya, tidak menjadi fokusnya mamajemen pendidikan sampai merugikan aspek-aspek lain yang betul dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Misalnya, JarDikNas. Salah satu tujuan utama adalah meningkatkan mutu pendidikan lewat informasi yang lebih lengkap. Tetapi kelihatannya informasi mengenai masalah-masalah di lapangan sudah banyak sekali. Termasuk informasi mengenai keadaan di banyak sekolah yang ambruk dan mengancam keamanan anak-anak kita. Kapan masalah-masalah begini akan diatasi?
Misalnya, Meningkatkan Peran dan Mutu Perpustakaan Sekolah. Apakah hal utama adalah "Library Management System"?

Senayan Open Source Library Management System


Apakah Teknologi Adalah Solusi Perpustakaan?

Implementasi teknologi di bidang pendidikan perlu diintegrasikan ke dalam perencanaan (master plan) terhadap semua aspek pengembangan pendidikan secara seimbang (bukan secara proyek). Sering pengumuman yang muncul di media mengenai teknologi di arena pendidikan kelihatannya kurang menilaikan penelitian dan pengalaman di dunia pendidikan. Kasus-kasus teknologi dan pendidikan tertentu kelihatannya juga diankat sebagai solusi umum.

Padahal ada hal-hal yang perlu diatasi dulu misalnya: "Sekolah tak Bisa Tangkal Situs Porno" yang akan perlu SDM di tingkat sekolah yang sangat bermutu dan rajin.

Memang kita wajib untuk mencari solusi yang kreatif, tetapi kita juga wajib untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang ada di dunia supaya kita tidak hanya mengulangkan kegagalan negara lain. Kelihatannya pertanyaan-pertanyaan dasar yang penting sering tidak ditanyakan, seperti, mengapa di negara-negara maju mereka tidak melaksanakan ini? Mengapa di negara mana saja dasarnya pendidikan masih berbasis-kelas konvensional, bukan berbasis-TI? Mungkin negara lain belum memikirkan? Percayalah, dunia pendidikan termasuk bidang yang paling rajin untuk mencari kesempatan untuk menggunakan teknologi. Sering isu pendidikan dan 'teknologi baru' sudah dibahas dan diuji coba sebelum teknologinya muncul di pasar.

Yang perlu diperhatikan adalah inovasi-inovasi baru (dan sering yang tidak baru) akan ditunjuk dan didorongkan oleh perusahaan-perusahaan teknologi yang sangat beruntung kalau teknologinya didadopsi di dunia pendidikan. 'Tetapi kita sebagai pendidik harus selalu melihat semua aplikasi teknologi dari kenyataan dan keuntungan terhadap mutu pendidikan' (bukan dari retorika).


Apakah, karena makin banyak siswa-siswi sekarang main Internet di warnet daripada menggunakan waktunya di rumah untuk mengulang pelajaran dari sekolah dan mengerjakan PRnya ini sebagai salah satu faktor penyebab hasil Ujian Nasional (UN) kelihatannya menjadi lebih buruk?

Kita perlu tahu!

Kalau kita melihat beberapa macam teknologi pendidikan, misalnya; Whiteboard-Elektronik, OHP, Video, Televisi, e-Learning, Internet, dll, selalu mutu akhirnya 100% tergantung mutu content dan proses pengajaran. Teknologi sendiri hanya sebagai medium. Kalau berhasil atau gagal tergantung content dan proses pengajaran, bukan teknologinya. Dengan teknologi seperti TV-Edukasi misalnya, siaran TV masuk sekolah kayaknya gagal karena kurang meneliti pengalaman-pengalaman di negara lain, dan juga tidak melihat dari keadaan dan keperluan guru di sekolah. Hasil sekolah 100% tergantung mutu pendidikannya, bukan teknologi yang mereka menggunakan untuk menyampaikan pendidikannya.

Kebetulan kemarin di seminar "Cutting Cost with ICT Convergence" salah satu wilayah yang disebut yang belum memasang teknologi wireless adalah daerah Pacitan. Pacitan adalah salah satu daerah di mana kami sudah menyaksikan pelaksanan pendidikan yang sangat bermutu. Guru-gurunya bersemangat melaksanakan PAKEM dan sangat mengembankan kreativitas siswa-siswinya. Sekolah-sekolah yang belum terlatih juga belajar PAKEM secara mandiri - salut!

Mohon ingat ......

Pendidikan Berbasis-Guru yang Mampu dan Sejahtera, di Sekolah yang Bermutu, dengan Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan Siswa-Siswi dan "Well Balanced" (seimbang, dengan banyak macam keterampilan termasuk teknologi), yang Diimplementasikan secara PAKEM adalah solusi utama untuk menyiapkan anak-anak kita untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan.

Pembelajaran Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) adalah hal yang sangat penting di semua sekolah. Tetapi akses ke Internet untuk siswa-siswi di sekolah di luar pelatihan khusus sebenarnya tidak begitu penting, kecuali untuk melanjutkan pelajaran yang dibimbing oleh guru.

Pasti banyak siswa-siswi tidak akan setuju karena main Internet memang "fun", tetapi kami belum melihat bukti bahwa anak-anak sekolah yang sering menggunakan Internet secara bebas lebih berhasil di UN daripada yang menggunakan waktunya untuk mengulang pelajaran sekolahnya dan rajin mengerjakan PRnya. Mungkin sebaliknya?

Suka atau tidak suka, siswa-siswi kita akan dinilai dari hasil mereka di UN atau Ujian Sekolah (bukan dari kemampuan mereka "Chatting di Internet"). Selain masalah ujian, kapan siswa-siswi akan punya waktu di sekolah dengan kurikulum yang sangat padat untuk menggunakan Internet kecuali di kelas TI. Apakah kita ingin mengganti guru dengan pelajaran dari Internet (machine)? Sudah sering dicoba di negara lain!

Sekarang kita sedang mencoba "Sistem Pembelajaran Berbasis-TI". Kami pertama kali kenal Pembelajaran Berbasis-TI pada tahun 1992 di luar negeri, memang bukan sesuatu yang baru dan masih hanya digunakan di kursus/kelas tertentu saja. Tetapi kalau kreativitas sebagian dari siswa-siswi kita dapat ditingkatkan oleh 'membuat program-program' seperti ini yaitu memang baik.

Kita lihat bahwa pemerintah akan siapkan Rp 1 Triliun untuk "melengkapi laboratorium komputer" di sekolah-sekolah SMP/SMA/SMK untuk e-learning. Tetapi kalau sekolahnya hanya memiliki satu laboratorium komputer itu pasti akan dipakai terus untuk mengajar TI, bukan?. Apakah semua sekolah akan menerima cukup komputer untuk melengkapi beberapa lab/kelas?

Apakah "Pembelajaran Berbasis-TI" atau "E-Learning" betul adalah solusi rialistik untuk seluruh Indonesia? Atau, Pembelajaran Berbasis-TI hanya akan membesarkan jaraknya lagi antara sekolah yang punya dan yang tidak? Memang semua sekolah wajib untuk mempunyai lab komputer untuk mengajar TI (ini saja belum), tetapi kita akan perlu beberapa kelas lagi (di semua sekolah) yang dilengkapi dengan komputer supaya mata pelajaran yang lain juga dapat menggunakan komputer. Kalau kita melihat dari harga teknologinya (yang setiap beberapa tahun perlu diupdate), kurikulum yang sering dirubah, ongkos pemiliharaan teknologinya, dll, dengan anggaran yang sekarang tidak cukup untuk mengelola pendidikan 'Berbasis-Guru' dengan baik atau meningkatkan kesejahteraan guru dan staf TU sampai jadi manusiawi, bagaimana mungkin? (Saran 12/11/2007)

Mengapa kita selalu mencari solusi baru (yang sering tidak baru seperti TV-Edukasi atau Pembelajaran Berbasis-TI) untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia? Apakah karena alokasi anggaran memang tidak cukup untuk memperbaiki pendidikannya dan kita hanya mencari kesibukan? Atau karena paradigma lama kita (proyek) belum merubah sejak awal? Mengapa teknologi sering dianggap sebagai solusinya?

Misalnya, sekarang DepDikNas sedang membangun jaringan JarDikNas. Salah satu tujuan utama adalah meningkatkan mutu pendidikan lewat informasi yang lebih lengkap. Tetapi kelihatannya informasi mengenai masalah-masalah di lapangan sudah banyak sekali. Termasuk informasi mengenai keadaan di banyak sekolah yang ambruk dan mengancam keamanan anak-anak kita. Kapan masalah-masalah begini akan diatasi?

Apakah tidak lebih baik kalau kita menggunakan 100% dari anggaran Rp.42 triliun itu untuk mengatasi hal-hal yang sudah jelas dapat meningkatkan mutu pendidikan di tingkat sekolah, sesuai pemintaan dari lapangan dan perencanaan terhadap semua aspek kebutuhan sekolah?

Maksud kami, kalau atap sekolahnya bocor dan mau ambruk, tetapi yang diberikan adalah sambungan ke Internat, apakah ini betul bermanfaat? Kita perlu mulai dengan sekolah yang paling ketinggalan supaya mengarah ke keadilan akses pendidikan yang bermutu (dan melihat dari segala aspek). Tetapi karena JarDikNas sudah berjalan sebaiknya kita "Berfikir Optimis" dan mudah-mudahan banyak sekolah akan diberikan komputer, kalau betul ini memang positif. Untuk berita baru (5-1-2008) membaca ini "Pemindahan Jardiknas" (termasuk saran-sarannya). Memang itu sulit untuk "berpikir optimis"!

"Kata Menkominfo, akses-akses informasi pada jaringan ICT tersebut, akan ditekankan pada unsur e-education (pendidikan), e-health (kesehatan), dan e-economy (ekonomi) yang dapat mengurangi gap di bidang ICT antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan".
Tetapi ini akan sangat tergantung peran dan mutunya SDM di pemerintah, bukan?.

Kalau kita melihat teknologi yang sudah ditangani oleh pemerintah, misalnya website-website (12-1-2008):
http://pustekkom.depdiknas.go.id Setelah beberapa bulan muncul lagi - Bermanfaat?
E-Learning Yang Bermutu - Di Mana?
http://www.pustekkom.go.id [Mati]
Ini situs "Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan" kita.
Sejak Bulan Mei 2007 situs ini kelihatannya tidak diurus.

http://www.tvedukasi.org [Coba Links - Jadwal TV?]
Kalau coba situs lama: http://www.e-dukasi.net/tve/ ???
14 April 2007, "Rp300 Miliar untuk Program TV Edukasi"
Mengapa begini? Ke mana uangnya?
Sejak Bulan Mei 2007 situs ini kelihatannya kurang bermanfaat.
Data untuk Transparansi dan Akuntabilitas???

http://www.perpustakaan.diknas.go.id/ [Hidup-Mati-Hidup Terus, Cek Isinya!]
Ayo, kita meningkatkan minat baca! Di mana ya?

Apakah JarDikNas Pindah Lagi?
http://jardiknas.depdiknas.go.id/ [Data? / Informatif? / Transparansi???]
Situs-situs yang lama juga kelihatannya tidak di-update-update (Datanya?)
http://jardiknas.diknas.go.id
http://jardiknas.org, http://jardiknas.net

Ref: "Dana Pendidikan 11,2% (Rp42 triliun) Mampu Bangun Jardiknas"
"Dana Aktual" & Data untuk Transparansi dan Akuntabilitas belum kelihatan!

Buku Sekolah Elektronik (BSE)
- Yang jelas percuma membuat Ebook Sekolah di Web!

- - - "Transparansi dan Pembenahan Moral" - - - Sudah waktunya!


Coba situs pemerintah yang lain di: http://Re-SearchEngines.Com.
Apakah website-website DepDikNas adalah informatif dan mendidik?

Yang paling penting dalam singkatan "TIK" (Teknologi Informasi Komunikasi) adalah bagian "I" Informasi, dan ini yang sangat kurang dan perlu dibangun dulu, baru memikirkan teknologi.

E-Learning (lewat Internet) juga sebagai salah satu alat bantu pendidikan untuk situasi yang cocok dan kondusif. E-Learning adalah strategi yang biasanya lebih cocok untuk pelajar yang lebih matang seperti mahasiswa, yang jauh dari kampusnya atau yang dewasa yang harus menyesuaikan waktu belajar dengan jadwal pekerjaan atau tugas Ibu Rumah Tangga.


Memang pembelajaran teknologi adalah penting, tetapi teknologi pelajaran hanya sebagai beberapa macam alat bantu bukan solusi terhadap segala masalah pendidikan.

Kami melihat bahwa "TTG Solusi Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan" muncul di berita lagi. Konsep ini sudah menarik sejak tahun 2005 (Telecenter CyberDesa), dan kami juga ikut konferensi Desember 2005. Tetapi pada waktu itu kami mulai sangat ragu-ragu oleh karena untuk selama dua hari itu yang dibahas saja adalah teknologi. Teknologinya bukan masalah, masalahnya adalah SDM di telecenter-telecenter yang pandai dan berdedikasi untuk membantu rakyatnya - ini yang perlu dibahas. Banyak orang di Indonesia sudah pandai mengimplementasikan teknologi, tetapi teknologi tanpa SDM yang 'Terlatih Khusus' dan Sangat Bermutu dan 'Mampu Mengurus Kebutuhan-Kebutuhan Rakyat di Pedesaan' bagaimana? Kita dapat berhasil? Bagaimana hasilnya sampai sekarang?

Ayo Pak MenDikNas, Mari kita berjuang bersama untuk meningkatkan semua aspek pendidikan supaya menjaminkan pendidikan yang bermutu untuk semua...

Anggaran Pendidikan 20% - Bersih Tanpa Korupsi dan MarkUp ... Mohon perhatian isu-isu pendidikan di lapangan!

"Bambang Sudibyo menambahkan, adanya fasilitas ICT akan mampu memperbaiki akses pendidikan yang bermutu, yang selama ini sulit diakses oleh mereka yang bermukim di kawasan terpencil." (ANTARA News).

Maaf Pak, maksudnya "akses pendidikan yang bermutu" yang mana, di mana? Mohon memberi tahu Pak!

Ilusi Atau Solusi   
(Saran/Pertanyaan dari Lapangan)



Kami sedang mencari sumber-sumber bahan pelajaran dan bahan pengajaran di Internet untuk anak-anak dan guru. Mohon mengirim link-link ke DataBase Kami di bagian "Situs Bahan Pelajaran" atau "Situs Bahan Pengajaran" .

Apa kebutuhan "Guru Tahun 2008"?
(membaca-menulis saran anda)

Silakan Mengirim Saran Anda

Isu-Isu Marketing Teknologi di Asia


Salam Pendidikan

Phillip R.

# - di.ko.to.mi n pembagian atas dua kelompok yg saling bertentangan
(Ref: Kamus Besar, Departemen Pendidikan Nasional Edisi 3)


Saya Phillip Rekdale setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .

0 komentar:

Posting Komentar