Pages

Senin, 28 Februari 2011

KECAKAPAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL MENYEMPURNAKAN KECERDASAN


Sudut pandang dalam mengamati suatu masalah dapat dibagi ke dalam tiga analisis yang mendalam yaitu statistic view, dynamic view, dan strategic view. Statistic view dapat diartikan pandangan statistic dalam mengamati suatu masalah, sedangkan dynamic view adalah membangun ide kreatif untuk membahas ataupun memecahkan suatu masalah, dan strategic view merupakan kemampuan untuk mengubah persepsi orang lain.
Dari ketiga sudut pandang tersebut kita dapat mengamati kecerdasan yang dimiliki oleh manusia sebenarnya, dalam diri manusia terdapat 3 kecerdasan yaitu:

a. Kecerdasan Intelektual (IQ)
Menurut kamus psikologi, intelligence artinya kemampuan berurusan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru. Adapun intelligence Quottient (IQ) adalah secara klasik merupakan hasil bagi umur mental (mental age) dengan umur kronologis (chronogical age) yang kemudian dikalikan dengan angka 100.
Kecerdasan intelektual memiliki peran dalam mengidentifikai masalah, menganalisis, dan mensintesis objek, memberikan informasi tentang baik-buruk dan untung-rugi, dan sebagainya. Untuk mengambil keputusan atau tidak diambil keputusan, berani atau tidak ditentukan oleh kecerdasan emosi.

b. Kecerdasan Emosi (EQ)
Seorang pendidik harus memiliki kemampuan mengelola dan mengontrol diri dalam mendidik peserta didik dengan baik. Seorang pendidik yang memiliki manajemen diri yang baik biasanya memiliki kecerdasan emosi yang baik pula.
Kecerdasan emosi yang dimaksud adalah kemampuan seseorang mengendalikan emosinya pada saat menghadapi situasi yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Goleman (1997: xiii) menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, daya tahan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Stain and Book (2003: 30) mengemukakan bahwa EQ adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang rumit, yaitu aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari.
Salovey dalam Goleman (1997: 58-59) membagi kecerdasan emosi ke dalam lima wilayah utama atau bidang kompetensi, yaitu:
1. Mengenali Emosi Diri
Kemampuan untuk mengidentifikasi atau mengenal emosi dirinya sendiri serta memahami hubungan antara emosi, pikiran, dan tindakan.
2. Mengelola Emosi
Kemampuan untuk mengelola emosi, ini berarti mengatur perasaan agar dapat terungkap dengan tepat.
3. Memotivasi Diri Sendiri
Kemampuan untuk memotivasi diri yang dapat ditelusuri antaralain dengan sikap optimis dan berfikir positif.
4. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk membaca dan mengenal emosi orang lain (empati).



5. Membina Hubungan
Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan ini selanjutnya akan membentuk suatu ketrampilan yang sangat mendukung keberhasilan seseorang dalam bergaul.
Kaitannya dengan seorang pendidik khususnya sebagai bagian dari anggota masyarakat, maka seorang pendidik diharapkan juga memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta.
Emosi positif maupun negative memiliki peran dalam kehidupan, persoalannya adalah bagaimana mengelola emosi menjadi bermakna dalam kehidupan. Emosi positif dapat digambarkan seperti kasih sayang, gembira, bahagia, berani, berjuang, gigih, sukses, dan lain-lain, sedangkan emosi negatif, seperti sakit hati, benci, sedih, gagal, kecewa, takut, was-was, putus asa, dan lain-lain. Oleh karena itu, manajemen kecerdasan emosi yang baik dapat memperkuat dan memperkokoh kecerdasan intelektual.

b. Kecerdasan Spiritual
Menurut kamus psikologi kata “Spirit” dapat diartikan kekuatan, tenaga, semangat, vitalitas, energi, moral, atau motivasi, sedangkan “Spiritual” artinya berkaitan dengan ruh, semangat atau jiwa, religius, yang berkaitandengan agama, keimanan, kesalehan, menyangkut nilai transdental (Chaplin 2006: 480).
Zohar dan Marshal (2007: 4) mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita. Tanda-tanda SQ yang telah berkembang baik mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Kemampuan bersifat fleksibel.
2. Tingkat kesadaran diri yang tinggi.
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
6. Keengganan untuk menyebabkankerugian yang tidak perlu.
7. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal.
8. Kecenderungan nyata untuk bertanya, untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
9. Menjadi apa yang disebut oleh para psikiolog, yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan ruhaniah, kecerdasan hati, dan kecerdasan jiwa. SQ akan mengembalikan manusia kepada makhluk spiritual, yang merupakan fitrah kejadiannya. Akan tetapi dalam perjalanan hidupnya, manusia dapat saja berjalan menjauh dari fitrah tersebut karena disebabkan faktor-faktor eksternal, seperti cobaan, ujian, atau pengaruh lain. Kebahagiaan hakiki terletak pada pemenuhan yang bersifat spiritual tersebut. Oleh karena itu, kebutuhan manusia yang bersifat spiritual dan kecenderungan untuk kembali kepada fitrah bersifat abadi dan kekal. Untuk mewujudkan hal ini, maka pendekatan melalui pendalaman dan pengalaman agama merupakan langkah yang tepat.
Seseorang yang tinggi SQ-nya juga cenderung menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seseorang yang bertanggung jawab untuk membawakanvisi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang laindan memberikan petunjuk pengguanaanya. Analogi dari pernyataan tersebut adalah seorang guru yang tinggi SQ-nya cenderung menjadi pendidik yang penuh pengabdian, yaitu seseorang yang bertanggungjawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada peserta didiknya. Dengan kata lain, ia mampu memberikan inspirasi, membantu dan memberi motivasi untuk kesuksesan orang lain serta ia mampu memberikan yang terbaik kepada muridnya.
Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka kecerdasan spiritual dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan seseorang untuk membangkitkan ruh, jiwa, semangat, atau vitalitas agar dapat melaksanakan sesuatu dengan sukses semata-mata bersandar dan tergantung kepada yang Maha Kuasa.
Kecerdasan intelektual yang tidak diiringi dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya, tampaknya hanya akan menghasilkan kerusakan dan kehancuran bagi kehidupan dirinya maupun umat manusia. Dengan tidak bermaksud mempertentangkan mana yang paling penting, apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional atau kecerdasan spiritual, ada baiknya kita mengambil pilihan eklektik dari ketiga pilihan tersebut. Dengan meminjam filosofi klasik masyarakat Jawa Barat, yaitu cageur, bageur, bener tur pinter, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa dengan kecerdasan intelektualnya (IQ) orang menjadi cageur dan pinter, dengan kecerdasan emosional (EQ) orang menjadi bageur, dan dengan kecerdasan spiritualnya (SQ) orang menjadi bener. Itulah agaknya pilihan yang bijak bagi kita sebagai pribadi maupun sebagai pendidik.
Sebagai pribadi, salah satu tugas besar kita dalam hidup ini adalah berusaha mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang kita miliki, melalui upaya belajar (learning to do, learning to know (IQ), learning to be (SQ), dan learning to live together (EQ), serta berusaha untuk memperbaiki kualitas diri-pribadi secara terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri dan prestasi hidup yang sesungguhnya (real achievement). Sebagai pendidik, dalam mewujudkan diri sebagai pendidik yang profesional dan bermakna, tugas kemanusiaan kita adalah berusaha membelajarkan para peserta didik untuk dapat mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang dimilikinya, melalui pendekatan dan proses pembelajaran yang bermakna (Meaningful Learning) (SQ), menyenangkan (Joyful Learning) (EQ) dan menantang atau problematis (problematical Learning) (IQ), sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang cageur, bageur, bener, tur pinter.

Kecerdasan juga haruslah dilengkapi dengan kemampuan berkomunikasi yang baik. Komunikasi adalah perpindahan informasi dari satu pihak kepada pihak lain melalui penggunaan simbol bersama. Pengirim pesan memulai proses ini dengan menyampaikan informasi kepada pihak penerima yakni orang yang dimaksudkan oleh pesan tersebut. Pengirim memiliki arti yang ingin disampaikan dan membentuk sandi dari arti tersebut ke dalam simbol, contohnya kata-kata yang dipilih untuk pesan tersebut. Kemudian pengirim memindahkan, atau mengirim pesan melalui beberapa saluran, seperti media lisan ataupun tertulis. Penerima pesan menguraikan sandi dari pesan dmn mencoba untuk menafsirkan arti pesan yang dikirimkan. Penerima mungkin akan memberikan umpan balik pada pengirim dengan membentuk kembali sandi sebagai jawaban dari pesan pengirim.
Komunikasi dibedakan menjadi komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah adalah suatu proses ketika informasi hanya mengalir dalam satu arah dari pengirim ke penerima, tanpa adanya umpan balik. Sedangkan komunikasi dua arah adalah suatu proses ketika informasi mengalir dalam dua arah, penerima memberikan umpan balik terhadap informasi yang diberikan kepada pemberi pesan. Komunikasi satu arah lebih sering dilakukan karena lebih cepat dan mudah dilakukan bagi pengirim pesan. Komunikasi dua arah lebih sulit dan lebih menyita waktu dibandingkan dengan komunikasi satu arah. Namun begitu, komunikasi dua arah lebih akurat, lebih sedikit memiliki kesalahan, dan lebih sedikit kasalah yang muncul.
Meningkatkan ketrampilan berkomunikasi haruslah memiliki kecakapan verbal dan kecakapan nonverbal. Kecakapan verbal merupakan kemampuan seseorang untuk berbicara langsung kepada orang lain. Tanpa kecakapan ini seseorang akan lamban maju mengembangkan hidupnya, karena tidak memiliki kemampuan berbicara atau berkomunikasi tentang suatu masalah saat berinteraksi dengan orang lain. Kecakapan nonverbal merupakan kemampuan seseorang menyampaikan isyarat tentang suatu informasi kepada orang lain tanpa harus mengucapkan kata-kata. Pesan nonverbal dapat mendukung atau mengurangi maksud dari pesan. Sering kali, isyarat-isyarat nonverbal membuat pengaruh yang lebih dibandingkan dengan tanda-tanda lainnya. Dalam percakapan, kecuali ketika kita bermaksud untuk menyampaikan pesan negatif , kita harus memberi tanda nonverbal yang menyatakan keakraban, rasa hormat, peduli, rasa kebersamaan, dan keinginan untuk mendengar. Sedangkan untuk tanda-tanda nonverbal terhadap hal yang negatif ditunjukkan dengan sikap diam, tidak hormat, perhatian yang kurang, dan perasaan lebih superior.
Kecerdasan dan kemampuan berkomunikasi tidak dapat dipisahkan
Tanpa komunikasi yang baik kemampuan yang dimiliki orang cerdas tidak dapat tersampaikan dengan optimal dan bisa saja dapat menyebabkan kesalahpahaman persepsi. Kecakapan komuniksi verbal dan nonverbal pun harus selalu dikembangkan.












KESIMPULAN

Dengan sudut pandang statistic view, dynamic view, dan strategic view kita dapat melihat kecerdasan sebenarnya yang dimiliki seseorang. Kecerdasan manusia dibedakan menjadi tiga yaitu Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient), Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient), dan Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient). Ketiga kecerdasan ini haruslah diimbangi dengan kecakapan komunikasi verbal dan komuniksi non verbal. Kecakapan verbal merupakan kemampuan seseorang untuk berbicara langsung kepada orang lain. Dan Kecakapan nonverbal merupakan kemampuan seseorang menyampaikan isyarat tentang suatu informasi kepada orang lain tanpa harus mengucapkan kata-kata.

0 komentar:

Posting Komentar